PT KONTAK PERKASA - Teknologi stimulasi otak dipercaya bisa mengubah kinerja otak lanjut usia (lansia) berfungsi layaknya otak manusia berusia 20 tahun.
Teori tentang teknologi tersebut, diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience. Ilmuwan juga telah mengujicoba teknologi ini ke sukarelawan yang terdiri dari beberapa lansia dan remaja.
Dengan menstimulasi dua area di otak lansia dalam ritme spesifik, kinerja otak lansia dipercaya bisa lebih ringan dan berpikir layaknya remaja. Demikian seperti dikutip Mirror, Kamis (11/4/2019).
Pun demikian, teori ini masih terbilang dini dan hanya bisa diaplikasikan ke lansia yang kondisi kesehatannya prima.
Ke depannya, teknologi bernama electroencephalography (EEG) ini akan digunakan untuk membantu lansia dengan penyakit dementia dan alzheimer.
EEG sendiri bertugas untuk memonitor aktivitas otak. Sementara, ilmuwan juga akan menggunakan teknik lain bernama transcranial alternating-current stimulation (tACS) untuk menstimulasi otak sekelompok lansia dan remaja.
Dalam tahap itu, ilmuwan akan memodulasi interaksi gelombak otak yang terhubung ke cara bagaimana mereka bisa mengingat sesuatu.
Uji coba ini melibatkan 42 sukarelawan berusia 20-29 tahun dan lansia berusia 60-76 tahun. Salah satu tugas yang harus dilakukan adalah uji memory task (mengingat).
Bagaimana Jika Otak Lansia Tidak Distimulasi?
Tanpa stimulasi otak, lansia sudah pasti berpikir lebih lambat dan kurang akurat ketimbang otak remaja dan dewasa.
Pasalnya, otak manusia berusia produktif memiliki tingkat interaksi dan sinkronisasi gelombang otak yang lebih tinggi.
Reaksi Otak Lansia Saat Terstimulasi
Saat mendapatkan stimulasi aktif otak, kinerja otak lansia langsung meningkat saat mereka mencoba uji ingatan.
Adapun ilmuwan mengungkap efek stimulasi tersebut bertahan hingga 50 menit.
"Dengan menggunakan stimulasi tersebut, kita bisa menghubungkan ulang dan mensinkronisasi (kinerja) otak mereka," jelas Robert Reinhart, ilmuwan di Universitas Boston.
(Jek/Ysl)