Return to site

IMF: Nilai Tukar Dolar AS Terlalu Mahal

KONTAK PERKASA FUTURES

broken image

KONTAK PERKASA FUTURES - melaporkan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami overvalue atau kemahalan antara enam persen hingga 12 persen. Kondisi itu berbeda dengan keadaan mata uang yen Jepang dan yuan China sebab nilai keduanya selaras dengan fundamental negara mereka.

Dikutip dari Reuters, Jumat (19/7/2019), mata uang euro juga terpantau memiliki valuasi yang wajar untuk zona euro. Permasalahan hanya muncul bagi Jerman karena surplusnya terlalu tinggi sehingga nilai tukar efektif euro sebetulnya delapan persen hingga 18 persen lebih rendah bagi fundamental mereka.

Sementara, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump selama ini selalu mengeluhkan bahwa China dan Uni Eropa sengaja melakukan devaluasi mata uang. Bagi Trump, dolar AS yang terlalu kuat juga tidak baik karena menyulitkan ekspor AS.

Tuduhan manipulasi mata uang pun kerap Trump lontarkan. Menurutnya AS tak boleh duduk diam dan mesti meladeni situasi tersebut.

"China dan Eropa bermain manipulasi mata uang besar-besaran dan memompa uang ke sistem mereka demi berkompetisi dengan AS. Kita harus bertanding, atau lanjut menjadi orang bodoh yang hanya bersandar dan menonton dengan santun ketika negara-negara lain lanjut melakukan permainan mereka, seperti yang mereka telah lakukan selama bertahun-tahun!" ujar Trump pada akun Twitternya pada awal Juli ini.

Hubungan antara IMF dan Presiden Trump juga kurang harmonis mengingat IMF tak setuju dengan kebijakan tarif sang presiden.

IMF mengingatkan perang dagang AS-China dapat merugikan ekonomi global sebesar USD 455 miliar pada 2020. Diharapkan oleh IMF agar semua pihak kembali berpegang ke sistem dagang multirateral.

"Adalah penting agar semua negara menghindari kebijakan yang mendistorsi dagang. Tarif tinggi telah diasosiasikan dengan bertambahnya harga bagi konsumen dan membebani perdagangan global, investasi, dan pertumbuhan, termasuk mengurangi kepercayaan dan mendisrupsi rantai suplai global," ujar Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath.